OPTIMASI SISTEM PV-BATERAI-DIESEL HIBRIDA: STUDI KASUS PULAU CELAGEN

M. ALDY WILDAN MAULANA. RINGKASAN. Pulau Celagen merupakan salah satu pulau yang termasuk dalam daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T). Agar dapat memajukan perkonomian pulau, diperlukan akses listrik yang baik dan terjangkau. Pada tahun 2013, PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 80 kWp untuk memenuhi kebutuhan listrik pulau. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan beban puncak, PLTS tidak mampu mampu lagi menyuplai kebutuhan listrik. Oleh karena itu PLN menambahkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai pengganti PLTS di tahun 2017. Mahalnya biaya pengadaan listrik pada PLTD mendorong PLN membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) untuk mengurangi biaya pengadaan listrik pada tahun 2019. PLTH terdiri dari PLTS sebagai pembangkit utama dan PLTD sebagai pembangkit cadangan. Seiring berjalannya waktu ditemukan berbagai masalah pada PLTH Celagen yakni naiknya biaya konsumsi diesel pada PLTD yang bertolak belakang dengan tujuan dibangunnya PLTH. Bedasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan masalah yaitu kondisi baterai yang tidak optimal. Kondisi tersebut diperparah dengan strategi kendali pembangkit yang bergantung pada tegangan baterai sebagai penentu kapasitas baterai dan managemen energi pembangkit. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan strategi kendali baru untuk PLTH Celagen. Strategi kendali baru dibuat dengan beberapa tahapan penelitian diawali dengan studi literatur, pengumpulan data (primer, sekunder), analisis data, pemodelan sistem dan strategi kendali pembangkit, serta validasi strategi kendali baru dengan simulasi MATLAB. Bedasarkan hasil simulasi yang dilakukan, strategi kendali baru memiliki kelebihan yaitu: (1) peningkatan penetrasi PV sebanyak 18,35%, (2) peningkatan total produksi PV sebanyak 754,58 kW, (3) penurunan total produksi generator diesel sebanyak 536,18 kW, (4) penyerapan daya keluaran PV ke beban yang ditandai dengan waktu operasi inverter yang lebih lama 39,65 jam, dan (5) penurunan konsumsi bahan bakar diesel sebanyak 174,26 L. Selain kelebihan, strategi kendali baru juga memiliki kekurangan berupa penggunaan baterai yang lebih sedikit karena ada pembatasan energi masuk dan keluar pada baterai. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kondisi baterai yang sudah tidak optimal.